Oleh Islah Bahrawi
Tidak ada perjuangan yang tanpa risiko. Terlebih dalam rangka menyadarkan umat bahwa dalam beragama tidak boleh lagi mau dihasut dan diadu domba antar sesama. Selama ratusan tahun, umat beragama hanya menjadi alat bentur demi kepentingan supremasi segelintir kelompok saja. Umat beragama selalu dijadikan ceruk potensial dalam kepentingan politik dan dijadikan "pasar terbuka" demi penghasilan dengan membajak jubah-jubah kesalehan.
Umat harus sadar bahwa Tuhan tidak perlu setoran uang. Tuhan hanya meminta kita agar saling peduli antar sesama manusia. Dari situlah zakat, sodaqoh dan donasi dianjurkan, agar empati dan intimasi sosial terbentuk.
Namun ada saja yang memanfaatkan semua ini. Menjadikannya lingkar industri atas nama ketuhanan, untuk kepentingan jabatan dan mata pencaharian. Kita dihipnotis dengan narasi "tegaknya agama", ditambah bumbu sorga dan neraka, untuk selanjutnya umat sekedar dijadikan alat perah dan mesin curah secara terorganisir. Menjadikan umat sebagai kekuatan elektoral yang bisa disetir.
Selama berabad-abad umat beragama hanya dijadikan manusia-manusia robotik yang dimanfaatkan dan selama itu pula dicetak hanya menjadi penonton. Menyadarkan umat tentang semua ini bukanlah pekerjaan gampang. Perlu edukasi tanpa henti.
Salurkan zakat dan amal jariyah kepada para "Mustahiq" yang berhak menerimanya. Salurkan kepada lembaga-lembaga yang betul-betul berjuang untuk mencerdaskan umat dalam ilmu pengetahuan, kemanusiaan dan persatuan bangsa.
Mari salurkan donasi kita kepada lembaga yang betul-betul akuntabel. Jangan salurkan kepada mereka yang hanya menjadikannya modal kampanye politik, mengakselerasi hasutan dan pelumas partai politik yang mengatasnamakan agama. (*)