Hasanuddin Z Arifin
INI untuk teman-teman yang biasa berpikir logis.
Ketika menulis berita duka cita, setidaknya ada dua kalimat ungkapan yang sebenarnya tidak logis, tetapi terus saja dipakai.
1. Telah meninggal dunia "almarhum" si Fulan.
2. Ucapan doa, semoga husnul khatimah.
Yang pertama tidak logis karena kata "almarhum" itu untuk menyebut orang yang sudah meninggal. Misalnya, almarhum si Fulan itu pernah tidur di rumahku.
Jadi, kalau kita katakan "telah meninggal dunia almarhum si Fulan", berarti si Fulan yang sudah mati itu meninggal lagi. Gak logis kan? Masak mati dua kali.
Jadi cukup: turut berduka cita atas wafatnya si Fulan.
Yang kedua, Husnul khatimah itu maknanya akhir yang baik. Maksudnya, pada saat tercabutnya nyawa kondisi seseorang dalam keadaan baik, yaitu iman, Islam, takwa. Setidaknya ditandai dengan ucapan kalimah tauhid.
Doa semoga husnul khatimah itu tepat dan logis untuk orang yang masih hidup atau setidaknya saat sakaratul maut.
Kalau yang sudah meninggal, sudah lewat, untuk apa didoakan itu lagi.
Ibarat ucapan: semoga selamat sampai tujuan, itu doa untuk orang yang berangkat atau ketika dalam perjalanan.
Kalau dah sampai, ucapannya lain lagi.
Namun, masih logis jika ucapan begini: saya bersaksi si Fulan itu orang baik, insyaallah husnul khatimah. *