KAWAN NGOPI

200 views

 

Oleh Adolf Ayatulloh Indrajaya

 

Aku tak pernah memaksakan mimpiku ke orang lain. Mimpiku yah mimpiku!

Misal, giat yang kulakukan alhamdulillah banyak dapat sokongan, buatku itu karena kami punya mimpi yang sama.

Misal, giat yang kulakukan alhamdulillah tak disokong oleh yang lain yang awalnya kupikir bermimpi sama, ternyata tidak, buatku tak mengapa, paling tidak aku mencoba legawa, kufokuskan untuk tetap fokus di mimpiku.

Misal, mimpiku disepelekan, dihinakan bahkan coba dimatikan, buatku orang itu juga punya hak untuk berpendapat, tapi mimpiku yah mimpiku. Kalau bukan mimpinya, bodo amat. Tapi jangan salah, mengejar mimpi itu kadang perlu menggelindas aral melintang.

Misal, mereka yang awalnya merenda mimpi bareng aku, kemudian sekarang memilih merenda mimpi dengan yang lain, di tempat lain, buatku juga tak mengapa. Yang merangkak, memanjat dan menaklukkan terjal bersama, merekalah kawan ngopi paling asyik di puncak nanti. Yang bukan? Yah bukan kawan ngopi nanti.

Misal, nanti tak mencapai puncak? Paling tidak aku sudah jalan-jalan, sudah bertualang, sudah tahu yang mana kawan ngopi, yang mana tempat kubeli kopi, yang mana yang tak boleh join kopi sama aku. Sederhana saja lah. (*)

Gedongmeneng, Desember 2019

author