Oleh Ali Imron
Bersama anggota DPR RI, Bang Hanan Abdul Rozak, Adin Ismet Jaya Negara, dan bung Tony Eka Chandra -- saya ke rumah Mas Syamsul Arifin.
Syamsul Arifin atau akrab disapa Cak Syul tengah menjalani proses penyembuhan dari sakitnya. Seniman campur ustad yang nggak mau dipanggil Gus itu, adalah mantan Ketua KPUD Lampung Timur. Hampir 2 tahun aktifitas berkeseniannya dikomunitas Maiyah dan Jamus Kalimosodo terpaksa diistirahatkan.
Yang dikerjakan saat ini, "ngemong cucu" membaca buku, dan sesekali "mipil" jagung dari hasil panen dari kebun miliknya. Dan itu dijalaninya, sekaligus terapi yang mempercepat proses sembuh. "Yang paling berat itu Mas, saya dilarang ngopi dan merokok," kata Cak Syul tertawa.
Pertemanan saya dengan Cak Syul cukup lama, sejak tahun 1995 dalam sebuah acara dengan Emha Ainun Nadjib. Saat itu, Cak Syul "ngawulo" ngaji cukup lama hingga jadi murid kesayangan Cak Nun.
Cak Syul adalah legenda hidup yang telah mengukir jejaknya sebagai penerus kelompok musik Emha Ainun Nadjib dengan grup Kyai Kanjeng yang sudah mendunia itu.
Di Lampung, Cak Syul mendirikan Jamus Kalimosodo, Maiyah (diskusi ambengan). Keduanya telah mengangkat derajat musik gamelan, Jazz, dan hadroh, gambus--dari yang sebelumnya dianggap kurang penting menjadi alat dakwah menarik. Ditampil luwes manggung dimana saja, termasuk acara politik.
Buat saya, Cak Syul sang pemberi inspirasi. Semoga lekas pulih ya Cak! (*)
Penulis selain Anggota DPRD Provinsi Lampung, juga adalah "Lurah" Komunitas Gedung Meneng (KGM), Markas tempat berkumpulnya para aktivis, penyair, sastrawan, musisi dan para anak muda kreator kampus pengrajin "ngopi" (ngopeni pikiran).