MUNGKIN

No comment 195 views
MUNGKIN,5 / 5 ( 1votes )

Farid Umpu Jayataruna

 

Bersiasatlah mengaduk kopi agar nilai perubahan bangun pelan-pelan melalui tenggorokan. Juga tak perlu lagi bertanya tentang waktu terbitnya matahari, apalagi sembari melirik arloji. Karena tapak kaki hanya butuh pasti untuk berjalan. Sedangkan tangan mempererat gandengan, seraya memastikan bahwa tidak ada gemetar dalam perjalanan. Seperti rabaan lidah penikmat kopi : sepanas dan sekental apa racikannya?

Namun bukan berarti itu sebagai gaya pembenaran dalam menyeruput kopi. Tidak. Sama sekali tidak. Hanya sebagai sikap yang meluruskan kultur ceracau. Kendati masih saja ada kultur 'warisan' yang masih terpelihara, karena menyangkut aspek pengetahuan, sehingga butuh pemahaman bahwa mungkin saja dampak dari keterbelakangan bacaan, dan hubungan sosial yang kurang. Entah sekarang atau perjalanan yang silam.

Lalu, dalam konteks racikan kopi tadi sebenarnya tak melulu mesti dijabarkan. Apalagi tentang seberapa panas suhu airnya. Karena tibulan asap dari tuangan atau dari secangkir yang disediakan, setidaknya dapat dilihat sejauh mana aroma dan respon cecapannya : bubuk pekat atau memang ampas bawaan yang diulang? 

Kemungkinan lagi, bisa jadi pengaruh efek pandemi saat ini. Dimana berita mati rasa kontradiktif sekali dengan aspek kehidupan. Kendati begitu, prediksi dan kalkulasi terkait racikan kopi tak ada yang pasti. Juga tentang filosofi yang makin banyak diutarakan setiap orang. Semua masih mungkin untuk menghadirkan formula baru tentang kopi. Terutama dalam mengopeni pikiran teladan, atau pikiran nakal yang beradab. Mungkin.

 

 

 

 

 

 

author

Leave a reply "MUNGKIN"