Oleh Farid Umpu Jayataruna
Pagi itu Mat Kadrun terlihat seperti sedang serius sekali berbincang dengan dua orang wanita. Dari gaya berpakaian kedua teman ngobrolnya itu, patut diduga bahwa usia keduanya tidak lagi terbilang muda.
"Wah, kayaknya serius banget nih ngobrolnya," ujar Mat Cebi sembari menyalami Mat Kadrun dan kedua teman ngobrolnya itu.
"Iya nih, kami lagi curhat sama dik Kadrun," jawab salah seorang yang mengenakan kerudung berwarna hijau pupus itu.
"Curhat apa sih, kalau boleh tahu?!" ujar Mat Cebi.
"Itu lho, soal gaji kami berdua yang enam bulan ini belum dibayar sama bos di kantor," celetuk perempuan sebelahnya, yang mengenakan kerudung warna putih itu.
"Lho, kok bisa?" ujar Mat Cebi setengah bertanya. "Itulah, Ceb...dari tadi kami membahas itu," sergah Mat Kadrun.
"Wah, zolim tuh bos kalau benar begitu!" timpal Mat Cebi.
"Ya begitulah faktanya!" lagi, celetuk perempuan berkerudung hijau pupus itu ketus, yang langsung ditimpali Mat Kadrun,"Makanya tadi aku bilang sama Mbak-mbak ini, bos mereka termasuk golongan orang yang nggak takut di doakan buruk sama pekerjanya!"
"Oh, rupanya mbak-mbak ini sekalian minta tausyiahnya Kadrun, ya?! terka Mat Cebi, yang hanya dibalas senyum keduanya.
"Bukan begitu, Ceb! Ingat, bayarlah upah sebelum kering keringatnya! Ini bukan kering lagi kalau sampai enam bulan, gosong nggak karuan! Apalagi jumlah pekerjanya banyak sekali!" beber Mat Kadrun, yang kali ini nadanya terdengar serius.
"Sabar, positif thingking saja, siapa tau ada sesuatu yang kita tidak tahu," ucap Mat Cebi lagi, yang spontan ditimpali Mat Kadrun dengan nada tinggi,"Nggak bisa, Ceb! Itu hak orang, Allah murka jika kita menahan atau mempermainkan hak orang lain!" ucap Mat Kadrun.
Mat Cebi dan dua perempuan berkerudung itu terdiam mendengar ucapan Mat Kadrun yang sedikit agak meninggi. Sejurus kemudian Mat Kadrun menyitir sebuah hadist. "Kau sudah dengar hadist ini, yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa makhluk yang paling dicintai Allah adalah pemimpin yang adil dan yang paling dibenci-Nya adalah pemimpin yang zalim, yang menahan hak orang lain," tutur Mat Kadrun, seraya melanjutkan lagi,"Juga kau dengar hadist ini, yang mengatakan, tidak seorang hamba pun yang diserahi Allah memelihara dan mengurus kepentingan rakyat meninggal dunia, sementara ia dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah mengharamkan atasnya tinggal di surga. Ini diriwayatkan Imam Muslim, Imam Ahmad dan Imam ad-Darimi. Juga Rasulallah pernah mengatakan, barangsiapa yang memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusannya. Tak terkecuali pemimpin suatu kaum. Entah itu pemimpin perusahaan, pemerintahan atau lainnya. Jadi jangan dianggap enteng keringat dan hak orang lain," tutur Mat Kadrun panjang lebar.
Mat Cebi menarik nafas panjang, sementara kedua perempuan itu tampak khusyuk menyimak dengan sesekali menganggukan kepala.
Tak lama setelah terdiam beberapa menit, giliran Mat Cebi buka suara,"Maaf ya, karena ini hari jumat, aku pamit pulang dulu ya, izin ya mbak-mbak. Besok kita lanjut lagi ya, Drun!" kata Mat Cebi sambil tangannya bersedekap sebagai tanda pamit.
Bersambung