RUWET

146 views
RUWET,5 / 5 ( 1votes )

 

Penyaji :

DON PECCI

 

 

KITA Sedang Diajak Menghafal Istilah Yang Selalu Berganti. Mbuh lah, makin ke seni kok rasanya semakin sedih di negeri kita ini. Makin ke sini, makin tidak pasti. Makin ke sini makin pusing, bukan karena Corona atau kondisinya naik atau turun.

Tapi pusing karena bergonta-ganti istilah. Mulai dari PSBB, PSBL, Kebiasaan Baru, New Normal, PPKM Mikro, PPKM Darurat, PPKM Level dan nanti selalu akan berganti.

Sibuk mencari istilah gak penting. Apapun karena gak mau dibilang Lockdown ya monggo.

Kita ini yang orang-orang bodoh dan miskin ini, jangan ditambahi pusing dengan istilah yang bergonta-ganti seperti itu.

Intinya kan rakyat ini disuruh berhati-hati dengan Corona atau teman-teman lainnya dengan berbagai Varian dan Ras.

Mbok kami diajari Cerdas gitu loh. Jangan ditambah istilah dengan bergonta ganti SK kepala daerah sampai Presiden setiap minggu, sementara penanganan situasinya masih sama saja, mulai dari New Normal, PSBB sampai PPKM Level berapa nanti.

Bapak-bapak yang pintar, pandai lagi bijaksana dan berkuasa, saya tahu, bapak-bapak pusing saat ini mau berbuat apa, karena semua orang Indonesia belum ada yang BERPENGALAMAN untuk mengatasi situasi Pandemi seperti ini.

Mbuh itu siapa yang mengaku-ngaku dokter spesialis “tetek bengek” itu, sampai para mantan menteri terdahulu yang katanya berpengalaman itu, tetap tidak mengubah situasi.

Coba masyarakat diberikan solusi itu yang masuk akal yaa Om, Pakde, Paklik, Uda... Jangan disamakan pula strata ekonomi masyarakat bawah sama masyarakat tengah, apalagi sama masyarakat atas. Koplak kalau ini disamakan.

Mbuh lah, saya harus ngomong apalagi, wong ternyata dengan berbagai cara sudah dilakukan tetap nggak mampu mengurai benang kusut itu kok.

Intinya karena cara berfikirnya “DIGEBYAH UYAH’, “DISAMA RATAKAN” itu tadi. Cara penanganan semacam ini menjadikan kami sulit, karena lebih banyak yang ada di bawah, daripada yang ada di tengah, apalagi yang di atas sana.

Mau berapa triliun dolar yang akan diguyurkan untuk membantu rakyat Indonesia yang sangat besar ini, tidak akan selesai. Karena belum ada konsep yang pas.

Kalau programnya PPKM Darurat Level 7 atau mungkin akan segera terbit istilah baru lagi, misalnya diberlakukan dengan menutup semua akses transportasi, Pasar Tradisional, Usaha-usaha kecil, Mall, Pariwisata atau apalah apalah lainnya, yang targetnya masih sama memutus rantai penularan, apa masih yakin bisa?

Saya juga nggak tahu harus bagaimana seharusnya, karena saya orang bodoh yang gak pinter. Tapi saya bisa merasakan, bahwa ternyata pemerintah belum kompak soal mengatasi “penjajahan corona” ini. Belum. Belum ada kata sepakat dan masih terlihat meraba-raba dengan cara yang sama, meski istilahnya berbeda.

Mbuh lah, capek juga yaa. Kita gak boleh keluar, sementara kami (saya bagian dari kami – red) nggak punya uang untuk belanja dan makan sehari-hari. Terus disuruh ikut PPKM dari seminggu jadi dua minggu, mulur lagi dan mulur lagi lama-lama sampai akhir tahun.

Bukan cuma lama-lama pasti akan mengibarkan bendera PUTIH juga pak Bos. Bahkan sebelum mengibarkan bendera putih, sudah banyak yang mengibarkan bendera KUNING lo.

Kami (saya bagian dari kami – red) tahu ini berat. Dan harus dijunjung bersama secara sadar dan kesadarannya yang tinggi. Yakinlah, ini tidak selesai sendiri oleh pemerintah, yakin lah.

Maka tolonglah, JANGAN TERLALU KERAS dalam menerapkan program di masyarakat. Lakukanlah dengan humanis, maka rakyat akan semangkin mengerti dan faham.

Taruhlah petugas-petugas di lapangan, orang-orang yang cerdas dan amanah. Jangan orang-orang yang NGGAK NGERTI kalau dia juga orang Indonesia yang dikenal dengan bahasa yang santun. 

Yang over Acting yang ditindaklah, wong dia juga melanggar PPKM. Misalnya begitu. Nah rasa keadilan yang selama ini belum muncul itu, jangan ditambah dengan istilah baru yang juga menjadi alasan untuk TIDAK memberikan rasa keadilan itu bertambah jauh.

Pak, kalau sampeyan stress, kami juga stress. Tapi se stress-stress nya bapak, masih punya makanan untuk dimakan. Lah “kami orang”, harus mengais dulu baru bisa makan. Dan ketika kami mau mengais kok dilarang. Lah apa nggak puyeng.

Makanya ada Meme yang beredar lucu: ADA TEMENKU MAU VAKSIN BINGUNG KARENA DITANYAIN KTP. SAAT MAU BUAT KTP DITANYAIN MANA SURAT VAKSINNYA. NAH AKHIRNYA TEMENKU ITU GILA. 

Belum habis disitu. Setelah GILA, TEMENKU ITU DIBAWA KE RUMAH SAKIT JIWA. DI SANA DITANYA MANA KTP DAN SURAT VAKSINNYA. Anaaah.. tambah gila dia. (gubrak...!!)

Ini sebenarnya sindiran dengan arti yang dalam yaa. Tapi kok dianggap lelucon. Ya memang sekarang semua malah jadi lucu, haru dan biru.

Mbuh lah. Saya masih tetap pusing. Bukan menunggu hari-hari terima honor, tapi pusing mikirin mau dikasih istilah apa lagi ini nanti. (**)

author