Hasanuddin Z Arifin
Pagi pagi, seorang teman uring-uringan gegara aku memberi ucapan selamat Natal kepada kawanku yg Kristen.
"Sampeyan kan ustad di lingkungan sampeyan. Bukankah itu mengajarkan kebatilan," ujarnya.
Lalu dia mengutip sejumlah pendapat ulama yg mengharamkan mengucapkan selamat Natal. Alasan klasiknya, ucapan tersebut sebagai syirik, merusak akidah sebagai Muslim, karena secara tak langsung mengakui dan meneguhkan Isa bin Maryam atau Yesus Kristus sebagai Tuhan.
Jawabku, "Hai teman. Dalam keyakinanku, Tuhan ku esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Jadi, jika aku mengucapkan selamat merayakan kelahiran Isa bin Maryam, justru meneguhkan bahwa Isa bukanlah Tuhan, karena dilahirkan. Dia adalah nabi dan rasul dengan segala sifat kemanusiaannya: dilahirkan, makan, minum, dan meninggal.
Perkara teman teman Kristen meyakininya sebagai Tuhan, itu tak terkait dengan akidahku, dan aku tak berhak mengganggu mereka.
Jadi, itulah logikaku. Soal kamu tak sepakat, tak masalah. Aku membangun logikaku dari pemahamanku terhadap ayat
الله احد ... لم يلد ولم يولد
Dengan aku menyatakan bahwa Isa itu dilahirkan dan hari kelahirannya dirayakan diselamati setiap tahun, justru memberi keyakinan mendalam dalam hatiku bahwa Isa bin Maryam adalah manusia.
Jadi, di mana letak syiriknya?"
Sekali lagi, selamat Natal bagi teman teman yang merayakannya. Mari kita bangun kedamaian.
Salam.